Stablecoin kini menjadi fondasi utama bagi DeFi, namun tetap menyisakan sejumlah kompromi.
Stablecoin berbasis kripto dengan jaminan berlebih seperti DAI menghadapi risiko volatilitas, stablecoin terpusat seperti USDC dan USDT menawarkan transparansi cadangan yang minim, sementara stablecoin algoritmik seperti UST atau FRAX terbukti tidak berkelanjutan. Selain itu, penerbit memperoleh imbal hasil dari aset penjamin, sedangkan pengguna tidak memperoleh manfaat apa pun.
STBL menawarkan pendekatan keempat di mana pengguna dapat mencetak stablecoin sepenuhnya dijamin oleh RWA dan menikmati imbal hasil secara langsung. STBL membagi setoran Anda menjadi stablecoin yang dapat digunakan dan posisi NFT penghasil imbal hasil, sehingga pemegangnya memperoleh likuiditas sekaligus prediktabilitas imbal hasil.
Pada edisi kali ini, kami akan mengulas arsitektur STBL, konteks pasar yang direspons, serta cara kerja layanannya.
Ikuti perkembangan pasar ⬇️
$STBL merupakan stablecoin non-kustodian yang didukung oleh U.S. Treasury bills atau kredit swasta. Keunggulan utamanya terletak pada desain 3-token ($STBL, $USST, dan $YLD), di mana $STBL adalah token tata kelola dan dua instrumen stablecoin utamanya terdiri dari:
(STBL sebelumnya disebut Pi. USI = YLD, USP = USST)
STBL menerapkan model Mint-to-Earn dengan insentif, di mana pengguna awal mendapatkan token tata kelola STBL secara proporsional dari aktivitas pencetakan mereka untuk mendukung likuiditas. Dengan model ini, pengguna dapat memperoleh imbal hasil pasif hanya dengan memegang token YLD; imbal hasil berasal dari RWA, bukan emisi inflasi atau leverage. Pengguna dapat memilih berbagai vault seperti vault T-Bill untuk profil risiko rendah dan tingkat imbal hasil tahunan (APY) terprediksi sebesar 4–5 %, atau vault kredit swasta untuk tingkat imbal hasil tahunan (APY) lebih tinggi sebesar 10–12 %.
STBL memberlakukan struktur biaya transparan sebesar 20 % dari seluruh imbal hasil untuk menjamin keberlanjutan. Alokasi biaya tersebut disalurkan ke Dana Cadangan Treasury untuk pengembangan, Dana Cadangan Kerugian untuk menanggung gagal bayar, reward USST bagi pemilik staking, serta insentif tambahan untuk penyimpan jangka panjang (sUSST).
Stablecoin merupakan salah satu aset paling dominan di keuangan digital, dengan peredaran melebihi $290 miliar pada tahun 2025. Namun, imbal hasil atas cadangan aset sepenuhnya tetap dinikmati oleh penerbit.
Pada saat yang sama, treasury ter-tokenisasi dan berbagai RWA lain telah melampaui $30 miliar total value locked, menandakan permintaan yang makin besar untuk instrumen regulasi berimbal hasil di on-chain. STBL menyalurkan arus kas terprediksi dari RWA langsung ke pengguna stablecoin, sehingga menjadi alternatif yang berkelanjutan dibanding stablecoin algoritmik yang tidak stabil ataupun model kustodian yang tidak transparan.
$STBL merupakan token tata kelola dan biaya untuk sistem tiga aset yang memisahkan fungsi uang ($USST) dan imbal hasil ($YLD). Seluruh biaya protokol (seperti pencetakan/penukaran, penyaluran hasil, atau lelang) serta perubahan parameter (oracle, kolateral, emisi) tunduk pada tata kelola STBL.
$STBL memiliki total pasokan 10 miliar dengan unlock hari pertama sebesar 825 juta (8,25% dari pasokan total).
Rincian jadwal vesting adalah: