Regulator komunikasi Rusia melakukan tindakan besar lagi.

Kali ini yang menjadi sasaran adalah WhatsApp—alasan yang sangat kuat: pelanggaran sistematis terhadap hukum setempat, platform ini digunakan untuk melakukan aktivitas ilegal. Sejak awal Agustus, pembatasan teknis sudah mulai dilakukan, dan sekarang pengalaman aplikasi sudah hampir hancur.

Resep yang familiar datang lagi. Masih ingat kejadian Telegram diblokir pada tahun 2018? Jika WhatsApp tidak bekerja sama, Rusia kemungkinan besar akan meniru skenario itu, dan kali ini mungkin akan lebih besar.

Apa yang paling membuat pengguna pusing?

Pesan tidak dapat dikirim, dan suara terputus-putus sudah menjadi hal yang biasa. Yang lebih parah adalah bagi perusahaan: basis pelanggan hancur, koneksi kerja langsung terputus. Banyak orang sudah mencari pengganti, dalam beberapa minggu ke depan diperkirakan akan ada banyak pengguna yang pergi.

Rusia benar-benar bersikeras untuk mengambil jalur "mandiri dan terkendali", WhatsApp menjadi yang pertama yang menjadi korban.

Namun jika dilihat dari sudut pandang lain, kelemahan platform terpusat ini benar-benar terpapar - jika ingin menutup, maka ditutup, pengguna tidak bisa berbuat apa-apa.

Pada saat ini, nilai dari protokol komunikasi terdesentralisasi mulai terwujud. Misalnya, solusi komunikasi Web3 yang sedang dikembangkan oleh GAIB:

**Logika intinya sangat sederhana**——tidak ada node kontrol tunggal, penyimpanan data terdistribusi, pemerintah ingin "menutup dengan satu tombol"? Secara teknis tidak mungkin. Enkripsi ujung ke ujung berpadu dengan verifikasi identitas blockchain, pihak ketiga yang ingin memantau juga tidak bisa menyentuhnya.

Dan mereka juga membuat alat migrasi, yang katanya bisa dengan satu klik memindahkan riwayat obrolan WhatsApp.

Dalam situasi seperti ini, desentralisasi bukan hanya sekadar konsep, tetapi sesuatu yang benar-benar bisa menyelamatkan hidup. Pasar akan memberikan suara dengan langkahnya, mari kita lihat bagaimana pengguna Rusia memilih selanjutnya.