Otak sepintar apa pun, tetap saja tak bisa mengalahkan sifat dasar manusia.
Pada tahun 1720, Newton—ilmuwan yang menemukan gravitasi setelah terkena apel—membeli saham South Sea Company. Dalam beberapa bulan nilainya berlipat ganda. Sang profesor masih cukup waras—ambil untung saat puncak, mengantongi 7.000 poundsterling (zaman itu sudah bisa beli rumah mewah di London), lalu keluar dengan gaya.
Lalu apa yang terjadi? Begitu dia keluar, harga saham terus melonjak. Tetangga sebelah, pelayan di bawah, siapa pun yang terlibat semua menghitung uang. Newton tak tahan, melihat orang-orang biasa saja mendapat untung besar, dia yang jenius malah jadi penonton.
Kisah selanjutnya semua orang tahu—dia masuk kembali, membeli di harga paling tinggi, akhirnya kehilangan semua modalnya. Newton sendiri sampai berkata: “Aku bisa menghitung gerak benda langit, tapi tak bisa menghitung kegilaan manusia.”
Cerita ini terdengar familiar, bukan? Pasar selalu punya siklus seperti ini.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
11 Suka
Hadiah
11
4
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
FlippedSignal
· 14jam yang lalu
Keserakahan membinasakan orang pintar
Lihat AsliBalas0
APY_Chaser
· 14jam yang lalu
Keserakahan tak pernah pudar
Lihat AsliBalas0
GmGnSleeper
· 14jam yang lalu
Sifat manusia sulit melewati ujian keserakahan
Lihat AsliBalas0
liquidation_watcher
· 14jam yang lalu
Keserakahan pada akhirnya akan membereskan segalanya
Otak sepintar apa pun, tetap saja tak bisa mengalahkan sifat dasar manusia.
Pada tahun 1720, Newton—ilmuwan yang menemukan gravitasi setelah terkena apel—membeli saham South Sea Company. Dalam beberapa bulan nilainya berlipat ganda. Sang profesor masih cukup waras—ambil untung saat puncak, mengantongi 7.000 poundsterling (zaman itu sudah bisa beli rumah mewah di London), lalu keluar dengan gaya.
Lalu apa yang terjadi? Begitu dia keluar, harga saham terus melonjak. Tetangga sebelah, pelayan di bawah, siapa pun yang terlibat semua menghitung uang. Newton tak tahan, melihat orang-orang biasa saja mendapat untung besar, dia yang jenius malah jadi penonton.
Kisah selanjutnya semua orang tahu—dia masuk kembali, membeli di harga paling tinggi, akhirnya kehilangan semua modalnya. Newton sendiri sampai berkata: “Aku bisa menghitung gerak benda langit, tapi tak bisa menghitung kegilaan manusia.”
Cerita ini terdengar familiar, bukan? Pasar selalu punya siklus seperti ini.