Baru-baru ini saya melihat beberapa teman pemula melakukan trading, benar-benar bikin deg-degan. Beli hanya berdasarkan feeling, tahan rugi sampai habis-habisan, sedikit untung buru-buru keluar—kalau main terus seperti ini, cepat atau lambat pasti “dibantai” pasar.
Main kontrak, trading, boleh saja sesekali impulsif, tapi jangan anggap akun sebagai chip sekali pakai. Untuk bertahan lama di pasar ini, yang diandalkan bukan keberuntungan satu dua kali, tapi setiap kali transaksi sudah dipikirkan matang: berapa kerugian yang bisa saya terima?
Manajemen risiko kedengarannya membosankan? Sebenarnya ini cuma soal memasang “katup pengaman” buat diri sendiri.
Contoh. Misal kamu punya 50.000 USDT, gaji bulanan 10.000. Maka kerugian trading per bulan sebaiknya dikontrol di bawah 2.000—kurang dari 20% pendapatan bulanan, 4% dari total modal. Jadi meski beberapa kali salah langkah, akunmu tidak langsung hancur total, masih bisa lanjut trading.
Trader yang sudah lama biasanya membatasi risiko per transaksi di bawah 2%, dan stop trading jika akumulasi kerugian bulanan melebihi 10%. Istirahat beberapa hari, evaluasi kesalahan, bukan malah lanjut trading dalam kondisi emosi.
Ada lagi yang sering diabaikan—daya tahan mental. Indikator teknikal bisa sempurna, tapi manusia tetap emosional. Kalau sudah pasang batas rugi 2.000, tapi tiap malam jadi susah tidur gara-gara mikirin trading, berarti batas itu sudah di luar zona nyamanmu. Jangan dipaksakan, turunkan ke angka yang benar-benar bisa diterima.
Trading bukan judi nyawa, ini permainan probabilitas. Yang benar-benar jago bukan yang all-in sekali langsung kaya, tapi yang bisa terus bertahan duduk di meja permainan.
Lihat Asli
Halaman ini mungkin berisi konten pihak ketiga, yang disediakan untuk tujuan informasi saja (bukan pernyataan/jaminan) dan tidak boleh dianggap sebagai dukungan terhadap pandangannya oleh Gate, atau sebagai nasihat keuangan atau profesional. Lihat Penafian untuk detailnya.
15 Suka
Hadiah
15
5
Posting ulang
Bagikan
Komentar
0/400
DataPickledFish
· 12-11 20:29
Benar sekali, apa kabar teman-teman yang all in di sekitar saya sekarang? Kalian tahu nggak?
Lihat AsliBalas0
TokenomicsTherapist
· 12-11 20:10
Benar sekali, memang banyak orang yang tidak mau mengubah pendapat mereka, mereka harus all in baru merasa puas
Lihat AsliBalas0
CommunityLurker
· 12-09 20:05
Sangat benar, banyak pemula memang punya masalah ini: saat rugi malah bertahan, saat untung langsung kabur, sama sekali tidak menganggap risiko itu penting.
Lihat AsliBalas0
MysteryBoxBuster
· 12-09 20:04
Sangat benar, dulu saya juga termasuk tipe yang trading asal-asalan berdasarkan feeling, akhirnya malah rugi besar. Sekarang baru paham kalau aturan cut loss 2% itu memang benar-benar penyelamat.
Lihat AsliBalas0
MetaMisfit
· 12-09 20:02
Sejujurnya, batas stop loss 2% itu baru sekarang benar-benar saya pahami... sebelumnya saya juga cuma bodoh all in saja.
Baru-baru ini saya melihat beberapa teman pemula melakukan trading, benar-benar bikin deg-degan. Beli hanya berdasarkan feeling, tahan rugi sampai habis-habisan, sedikit untung buru-buru keluar—kalau main terus seperti ini, cepat atau lambat pasti “dibantai” pasar.
Main kontrak, trading, boleh saja sesekali impulsif, tapi jangan anggap akun sebagai chip sekali pakai. Untuk bertahan lama di pasar ini, yang diandalkan bukan keberuntungan satu dua kali, tapi setiap kali transaksi sudah dipikirkan matang: berapa kerugian yang bisa saya terima?
Manajemen risiko kedengarannya membosankan? Sebenarnya ini cuma soal memasang “katup pengaman” buat diri sendiri.
Contoh. Misal kamu punya 50.000 USDT, gaji bulanan 10.000. Maka kerugian trading per bulan sebaiknya dikontrol di bawah 2.000—kurang dari 20% pendapatan bulanan, 4% dari total modal. Jadi meski beberapa kali salah langkah, akunmu tidak langsung hancur total, masih bisa lanjut trading.
Trader yang sudah lama biasanya membatasi risiko per transaksi di bawah 2%, dan stop trading jika akumulasi kerugian bulanan melebihi 10%. Istirahat beberapa hari, evaluasi kesalahan, bukan malah lanjut trading dalam kondisi emosi.
Ada lagi yang sering diabaikan—daya tahan mental. Indikator teknikal bisa sempurna, tapi manusia tetap emosional. Kalau sudah pasang batas rugi 2.000, tapi tiap malam jadi susah tidur gara-gara mikirin trading, berarti batas itu sudah di luar zona nyamanmu. Jangan dipaksakan, turunkan ke angka yang benar-benar bisa diterima.
Trading bukan judi nyawa, ini permainan probabilitas. Yang benar-benar jago bukan yang all-in sekali langsung kaya, tapi yang bisa terus bertahan duduk di meja permainan.